Sabtu, 08 Juni 2013

TugasTNI


PMPP TNI DAN PERDAMAIAN DUNIA
Perang dunia memang telah terlewati, perang fisik yang luar biasa dampak destruk­tifnya sudah tidak ada, meski tak menga­baikan kemungkinannya akan terjadi kembali di masa depan. Berahirnya perang dunia bukan berarti dunia telah benar-benar aman dari segala macam konflik. Di berbagai negara masih terjadi berbagai macam konflik baik yang bersifat intern dalam negeri ataupun konflik dengan Negara lain. Konflik akan terbuka dengan berbagai latar belakang permasalahan. Siapa lagi yang akan menjadi korban kalau bukan warga sipil yang tak berdosa. Ini artinya perdamaian dunia belum benar-benar terwujud
Pertikaian atau konflik terjadi dikarenakan kelompok atau negara yang bertikai memiliki kepentingan yang berbeda satu dengan lain. Mereka berkompetisi untuk merebut kekuasaan untuk memperoleh keuntungan secara ekonomi, sehingga menyebabkan banyaknya penduduk sipil yang menjadi korban dalam konflik ini. Dalam kondisi konflik tersebut, biasanya negara tidak mampu melindungi hak-hak asasi warga negaranya, Dan kemungkinan yang terjadi adalah perdamaian dan keamanan Internasional menjadi terancam.
PBB Dan Tujuan Perdamaian
PBB (perserikatan bangsa-bangsa) adalah sebuah organisasi internasional yang beranggotakan hampir seluruh Negara di dunia. Lembaga ini di bentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, perlindungan sosial, hak asasi, dan pencapaian perdamaian di dunia.
PBB sangat berperan dalam menciptakan keamanan dunia. Berbagai permasalahan internasional dapat terselesaikan dengan adanya kerjasama dan itikat baik dari setiap Negara. Hampir semua Negara di dunia mendambakan terciptanya keamanan, ketertiban, dan perdamaian serta terhindar dari bahaya perang. Cita-cita perdamaian dunia telah dicanangkan secara jelas dan tegas di dalam universal declaration of human right sebagai hasil usaha PBB yang telah disahkan pada 10 Desember 1948. Dalam deklarasi tersebut ditegaskan bahwa setiap manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai persamaan harkat dan martabat serta memiliki hak-hak yang sama.
PMPP TNI Dan Pemeliharaan Perdamaian Dunia
Keikutsertaan TNI dalam misi perdamaian PBB pertama kali terjadi di Sinai, Mesir pada misi UNEF-1 (United Nation Emergency Force) pada 8 Januari 1957 dalam Satuan Tugas Kontingen Garuda/konga (Satgas Kontingen Garuda), ketika di wilayah tersebut terjadi konflik Terusan Suez. Semenjak itu sampai dengan saat ini TNI masih dipercaya untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai misi perdamaian PBB.
Seiring dengan meningkatnya kepercayaan PBB terhadap peranan Konga dalam operasi pemeliharaan perdamaian, perundang-undangan nasional telah mengakomodasi operasi pemeliharaan perdamaian sebagai salah satu tugas pokok TNI sebagai salah satu bentuk dalam operasi militer selain perang. Peranan TNI dalam operasi pemeliharaan perdamaian telah mendapat dukungan secara politik dari Presiden RI , Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini semakin meneguhkan komitmen TNI untuk senantiasa berperan aktif mengirimkan prajurit-prajuritnya dalam operasi perdamaian dunia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perwujudan komitmen TNI dalam mengirimkan prajurit-prajurit TNI tersebut ialah dengan menyiapkan dan mendidik prajurit-prajurit TNI secara profesional sesuai dengan tuntutan standar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Puncak prestasi dari semakin banyaknya permintaan keterlibatan TNI dalam setiap konflik yang ditangani PBB dan untuk mengantisipasi tantangan tugas dalam operasi pemeliharaan perdamaian ke depan yang semakin komplek, maka Panglima TNI kemudian membentuk suatu badan tersendiri yang khusus menangani operasi pemeliharaan perdamaian, yang dinamakan PUSAT MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN TNI (PMPP TNI)  melalui Kep Panglima TNI No : Kep / 4 / I / 2007 dan No : Kep / 5 / I / 2007 tanggal 29 Januari 2007. Berdasarkan Keputusan Panglima TNI tersebut, PMPP TNI memiliki tugas untuk menyelenggarakan pembekalan dan pelatihan bagi personel TNI. Dengan demikian, hasil yang diharapkan adalah membentuk prajurit TNI yang profesional, sesuai dengan standar PBB yang dapat mengemban tugas misi perdamaian tersebut.[1] Institusi pendidikan Indonesia Peace and Security Centre (IPSC) atau Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia berada di Sentul, Bogor. Operasional PMPP diresmikan oleh Presiden SBY tahun 2011 lalu. Pembangunan fasilitas IPSC ini juga menjadi salah satu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia.
Lokasi IPSC berada di kawasan Santi Dharma yang terletak di Desa Sukahati, Kecamatan Citeureup, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. IPSC dibangun di area seluas 261 hektar lebih, di ketinggian 450 meter di atas permukaan laut, di kawasan perbukitan Sentul. IPSC terdiri dari pusat pemeliharaan perdamaian, pusat pelatihan penanggulangan terorisme, pusat pelatihan penanggulangan bencana, pusat bahasa, dan markas pasukan siaga TNI. Area IPSC juga dilengkapi laboratorium bahasa, serta fasiltas latihan hingga mess bagi anggota TNI yang melaksanakan pendidikan. IPSC ini akan berada di bawah komando perwira tinggi TNI berpangkat Brigadir Jenderal, dan wakilnya berpangkat kolonel. Setiap anggota TNI yang dilatih di sini adalah anggota TNI dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, yang telah melalui tahap seleksi.
PMPP TNI Dan Karakter Sosial Humanis 
Banyaknya daerah yang berkonflik di dunia ini semakin menunjukkan kepada kita bahwa dunia sedang membutuhkan pasukan pemelihara perdamaian yang tidak hanya cakap menggunakan senjata, tetapi juga mahir melakukan pendekatan persuasif dan simpatik di daerah konflik. Ada satu hal yang sering dilupakan pasukan pemelihara perdamaian di manapun mereka berada, yakni pendekatan humanis terhadap masyarakat setempat. Pendekatan humanis sendiri merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan dengan lebih mementingkan dialog dan kegiatan sosial di masyarakat.
Satu dari sedikit pasukan pemelihara perdamaian (peacekeepers) yang lebih menekankan pendekatan humanis adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Selain itu, personel Konga kita mampu bersikap luwes. tentara kebanggaan republik ini yang namanya sudah harum di seantero jagat ini karena kemampuannya yang tak perlu diragukan lagi dalam berperang dan memelihara perdamaian.
Karakter berbeda ini, bagaimanapun merupakan cerminan langsung dari bu­daya dan sikap masyarakat Indonesia keseluruhan. Secara natural, masyarakat Indonesia (termasuk personel pasukan PBB dari negeri ini) memiliki keramahtamahan dan peng­hor­matan yang layak pada bangsa lain. Sikap ini menjaga pasukan TNI dari kesan aro­gan, dan sebaliknya, menun­jukkan perhatian dan rasa kasih yang tulus pada warga setempat. Modal semacam ini tak otomatis hadir pada prajurit dengan tingkat skill tempur tertinggi sekalipun.
Kesuksesan penugasan Konga atau Indobatt (Indonesia battalion) saat dipercaya mendamaikan konflik bersenjata di berbagai belahan negara dunia, kuncinya adalah pendekatan kemanusiaan. Pengalaman TNI kita yang membawa mandat perdamaian PBB di Asia, Afrika, Eropa, hingga Amerika, membuktikan Indonesia bisa diterima karena faktor keramahan dan luwesnya komunikasi budaya tentara kita dalam menyesuaikan tata krama sosial manusia di tempat penugasan berada.
Maka tugas PMPP sekarang dan seterusnya adalah bagaimana merumuskan nilai ramah khas budaya nusantara ini secara integratif ke dalam kisi-kisi kurikulum pendidikannya, “membentuk figur teladan TNI yang bersenjata namun berjiwa kasih manusia Indonesia”.
Harumnya nama TNI sebagai pasukan pemelihara perdamaian bukan saja membanggakan korps angkatan bersenjata, tetapi juga segenap rakyat Indonesia. Semoga saja dengan peran TNI, perdamaian di dunia dapat terwujud dan nama Indonesia pun semakin harum di kancah internasional.


[1]http://www.pkc-indonesia.com/index.php/pengetahuan/168-indonesia-dalam-misi-perdamaian-dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar