PMPP TNI DAN PERDAMAIAN DUNIA
Perang
dunia memang telah terlewati, perang fisik yang luar biasa dampak destruktifnya
sudah tidak ada, meski tak mengabaikan kemungkinannya akan terjadi kembali di
masa depan. Berahirnya perang dunia bukan berarti dunia telah benar-benar aman
dari segala macam konflik. Di berbagai negara masih terjadi berbagai macam
konflik baik yang bersifat intern dalam negeri ataupun konflik dengan Negara
lain. Konflik akan terbuka dengan berbagai latar belakang permasalahan. Siapa
lagi yang akan menjadi korban kalau bukan warga sipil yang tak berdosa. Ini
artinya perdamaian dunia belum benar-benar terwujud
Pertikaian atau konflik terjadi dikarenakan
kelompok atau negara yang bertikai memiliki kepentingan yang berbeda satu
dengan lain. Mereka berkompetisi untuk merebut kekuasaan untuk memperoleh
keuntungan secara ekonomi, sehingga menyebabkan banyaknya penduduk sipil yang
menjadi korban dalam konflik ini. Dalam kondisi konflik tersebut, biasanya
negara tidak mampu melindungi hak-hak asasi warga negaranya, Dan kemungkinan yang
terjadi adalah perdamaian dan keamanan Internasional menjadi terancam.
PBB Dan Tujuan Perdamaian
PBB (perserikatan bangsa-bangsa) adalah sebuah
organisasi internasional yang beranggotakan hampir seluruh Negara di dunia.
Lembaga ini di bentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan
internasional, perlindungan sosial, hak asasi, dan pencapaian perdamaian di
dunia.
PBB sangat berperan dalam menciptakan keamanan
dunia. Berbagai permasalahan internasional dapat terselesaikan dengan adanya
kerjasama dan itikat baik dari setiap Negara. Hampir semua Negara di dunia
mendambakan terciptanya keamanan, ketertiban, dan perdamaian serta terhindar
dari bahaya perang. Cita-cita perdamaian dunia telah dicanangkan secara jelas
dan tegas di dalam universal declaration of human right sebagai hasil
usaha PBB yang telah disahkan pada 10 Desember 1948. Dalam deklarasi tersebut
ditegaskan bahwa setiap manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai persamaan
harkat dan martabat serta memiliki hak-hak yang sama.
PMPP TNI Dan Pemeliharaan
Perdamaian Dunia
Keikutsertaan
TNI dalam misi perdamaian PBB pertama kali terjadi di Sinai, Mesir pada misi
UNEF-1 (United Nation Emergency Force) pada 8 Januari 1957 dalam Satuan Tugas
Kontingen Garuda/konga (Satgas Kontingen Garuda), ketika di wilayah tersebut
terjadi konflik Terusan Suez. Semenjak itu sampai dengan saat ini TNI masih
dipercaya untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai misi perdamaian PBB.
Seiring dengan meningkatnya kepercayaan PBB terhadap
peranan Konga dalam operasi pemeliharaan perdamaian, perundang-undangan
nasional telah mengakomodasi operasi pemeliharaan perdamaian sebagai salah satu
tugas pokok TNI sebagai salah satu bentuk dalam operasi militer selain perang.
Peranan TNI dalam operasi pemeliharaan perdamaian telah mendapat dukungan
secara politik dari Presiden RI , Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini
semakin meneguhkan komitmen TNI untuk senantiasa berperan aktif mengirimkan prajurit-prajuritnya
dalam operasi perdamaian dunia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Perwujudan komitmen TNI dalam mengirimkan prajurit-prajurit TNI tersebut ialah
dengan menyiapkan dan mendidik prajurit-prajurit TNI secara profesional sesuai
dengan tuntutan standar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Puncak prestasi dari semakin banyaknya
permintaan keterlibatan TNI dalam setiap konflik yang ditangani PBB dan untuk
mengantisipasi tantangan tugas dalam operasi pemeliharaan perdamaian ke depan
yang semakin komplek, maka Panglima TNI kemudian membentuk suatu badan
tersendiri yang khusus menangani operasi pemeliharaan perdamaian, yang
dinamakan PUSAT MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN TNI (PMPP TNI) melalui Kep Panglima TNI No : Kep / 4 / I /
2007 dan No : Kep / 5 / I / 2007 tanggal 29 Januari 2007. Berdasarkan Keputusan
Panglima TNI tersebut, PMPP TNI memiliki tugas untuk menyelenggarakan
pembekalan dan pelatihan bagi personel TNI. Dengan demikian, hasil yang
diharapkan adalah membentuk prajurit TNI yang profesional, sesuai dengan
standar PBB yang dapat mengemban tugas misi perdamaian tersebut.[1]
Institusi pendidikan Indonesia
Peace and Security Centre (IPSC) atau
Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia berada di Sentul, Bogor. Operasional PMPP
diresmikan oleh Presiden SBY tahun 2011 lalu.
Pembangunan fasilitas IPSC ini juga menjadi salah satu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan prestasi Indonesia dalam menjaga perdamaian
dunia.
Lokasi
IPSC berada di kawasan Santi Dharma yang terletak di Desa Sukahati, Kecamatan
Citeureup, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. IPSC dibangun di area seluas
261 hektar lebih, di ketinggian 450 meter di atas permukaan laut, di kawasan
perbukitan Sentul. IPSC terdiri dari pusat pemeliharaan perdamaian, pusat
pelatihan penanggulangan terorisme, pusat pelatihan penanggulangan bencana,
pusat bahasa, dan markas pasukan siaga TNI. Area IPSC juga dilengkapi
laboratorium bahasa, serta fasiltas latihan hingga mess bagi anggota TNI yang
melaksanakan pendidikan. IPSC ini akan berada di bawah komando perwira tinggi
TNI berpangkat Brigadir Jenderal, dan wakilnya berpangkat kolonel. Setiap
anggota TNI yang dilatih di sini adalah anggota TNI dari Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara, yang telah melalui tahap seleksi.
PMPP TNI Dan
Karakter Sosial Humanis
Banyaknya daerah yang berkonflik di dunia ini
semakin menunjukkan kepada kita bahwa dunia sedang membutuhkan pasukan
pemelihara perdamaian yang tidak hanya cakap menggunakan senjata, tetapi juga
mahir melakukan pendekatan persuasif dan simpatik di daerah konflik. Ada satu
hal yang sering dilupakan pasukan pemelihara perdamaian di manapun mereka
berada, yakni pendekatan humanis terhadap masyarakat setempat. Pendekatan
humanis sendiri merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan dengan lebih
mementingkan dialog dan kegiatan sosial di masyarakat.
Satu dari sedikit pasukan pemelihara perdamaian
(peacekeepers) yang lebih menekankan pendekatan humanis adalah Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Selain itu,
personel Konga kita mampu bersikap luwes. tentara kebanggaan republik ini yang namanya
sudah harum di seantero jagat ini karena kemampuannya yang tak perlu diragukan
lagi dalam berperang dan memelihara perdamaian.
Karakter
berbeda ini, bagaimanapun merupakan cerminan langsung dari budaya dan sikap
masyarakat Indonesia keseluruhan. Secara natural, masyarakat Indonesia
(termasuk personel pasukan PBB dari negeri ini) memiliki keramahtamahan dan
penghormatan yang layak pada bangsa lain. Sikap ini menjaga pasukan TNI dari
kesan arogan, dan sebaliknya, menunjukkan perhatian dan rasa kasih yang tulus
pada warga setempat. Modal semacam ini tak otomatis hadir pada prajurit dengan
tingkat skill
tempur tertinggi sekalipun.
Kesuksesan penugasan Konga atau Indobatt
(Indonesia battalion) saat dipercaya mendamaikan konflik bersenjata di berbagai
belahan negara dunia, kuncinya adalah pendekatan kemanusiaan. Pengalaman TNI
kita yang membawa mandat perdamaian PBB di Asia, Afrika, Eropa, hingga Amerika,
membuktikan Indonesia bisa diterima karena faktor keramahan dan luwesnya
komunikasi budaya tentara kita dalam menyesuaikan tata krama sosial manusia di
tempat penugasan berada.
Maka tugas PMPP sekarang dan seterusnya adalah
bagaimana merumuskan nilai ramah khas budaya nusantara ini secara integratif ke
dalam kisi-kisi kurikulum pendidikannya, “membentuk figur teladan TNI yang
bersenjata namun berjiwa kasih manusia Indonesia”.
Harumnya nama TNI sebagai pasukan pemelihara
perdamaian bukan saja membanggakan korps angkatan bersenjata, tetapi juga
segenap rakyat Indonesia. Semoga saja dengan peran TNI, perdamaian di dunia dapat
terwujud dan nama Indonesia pun semakin harum di kancah internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar